1.Untuk
memperkirakan besarnya populasi hewan (ikan) dengan menerapkan metode Lincoln-Petersen.
2.Untuk
memperkirakan besarnya populasi hewan (ikan) dengan menerapkan metode Schnabel.
B.Tinjauan Pustaka
Populasi didefinisikan sebagai kelompok organisme
dari jenis yang sama, menduduki ruang atau tempat tertentu, memiliki berbagai
ciri atau sifat yang merupakan sifat dari individu di dalam kelompok itu.
Populasi memiliki beberapa sifat antara lain kelahiran, laju kematian,
perbandingan umur, kerapatan, kepadatan dan kecocokan genetik yang hanya dapat
dijumpai pada suatu populasi tersebut. Karakteristik dasar dalam populasi adalah besar populasi atau
kerapatan.
Kerapatan populasi ialah
ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang, yang umumnya
diteliti dan dinyatakan sabagai cacah individu atau
biomassa per satuan luas per satuan isi. Metode yang paling akurat untuk
mengetahui kerapatan populasi adalah dengan cara menghitung seluruh individu yang dimaksud atau dengan kata
lain sensus. Namun kondisi dan situasi alam atau lokasi penelitian sering
tidak memungkinkan pelaksanaan hal tersebut, terutama pada perhitungan hewanyang bergerak.
Tarsius
adalah binatang unik dan langka. Primata kecil ini sering disebut sebagai
monyet terkecil didunia, walaupun sebenarnya satwa ini bukanlah monyet.
Sedikitnya terdapat 9 jenis Tarsius didunia. 2 jenis di Filipina dan sisanya 7
Jenis lagi terdapat di Sulawesi, Indonesia. Tarsius yang paling terkenal adalah
tarsius yang berjenis Tarsius Tarsier (kera hantu) dan Tarsius Pumilus
(Kerdil). Ke 2 jenis ini terdapat di Indonesia.
Semua
jenis Tarsius termasuk hewan langka dan dilindungi. Tarsius beraktifitas hanya
pada sore dan malam hari sehingga disebut hewan nokturnal. Mangsa mereka adalah
serangga dan reptil kecil seperti burung dan kelelawar. Primata ini mempunyai
bererapa keunikan dibandingkan dengan primata atau hewan lainnya. Keunikan primata
yang mempunyai nama latin Tarsius
tarsier ini di antaranya matanya sangat besar,
lebih besar dari otaknya, kepalanya bisa berputar ke kanan dan ke kiri hingga
180 deraja, telinganya dapat digerakkan,
mampu melompat sejauh 3 meter dan anehnya lagi melahirkan dg cara bergantungan.
Tarsius
termasuk hewan yang luar biasa. Ia mampu melompat sejauh 3 m dri pohon satu ke
pohon lainnya. Tarsius layak dibilang primata mungil karena panjangnya sekitar
10-15 cm dgn berat 80 gram. Bahkan ada juga Tarsius yang hanya memiliki panjang
93-98 milimeter dgn brat 57 gram. Tarsius dapat dijumpai di Taman Nasional Batimurung
dan Hutan Lindung Tangkoko. Saat ini Tarsius hanya tersisa sekitar 1.800 ekor.
2.BATASAN
MASALAH
a.Klasifikasi
Tarsus
b.Morfologi
dan fisiologi tubuhnya
c.Keunikan
Tarsus
3.RUMUSAN
MASALAH
a.Bagaiman
klasifikasi Tarsus?
b.Bagaiman
bentuk dan fungsi tubuh dari Tarsus?
c.Bagaiman
keunikan Tarsus?
4.TUJUAN
a.Untuk
mengetahui klasifikasi Tarsus
b.Untuk
mengetahui morfologi dan fisiologi tubuhnya
c.Untuk
mengetahui keunikan Tarsus
BAB
II
HASIL
DAN PEMBAHASAN
1.Morfologi
dan Klasifikasi Tarsus
Tarsius
tarsier (Binatang Hantu/Kera Hantu/Monyet Hantu) adalah suatu jenis primata kecil,
memiliki tubuh berwarna coklat kemerahan dengan warna kulit kelabu, bermata
besar dengan telinga menghadap ke depan dan memiliki bentuk yang lebar.
Nama Tarsius diambil karena ciri fisik
tubuh mereka yang istimewa, yaitu tulang tarsal yang memanjang, yang membentuk
pergelangan kaki mereka sehingga mereka dapat melompat sejauh 3 meter (hampir
10 kaki) dari satu pohon ke pohon lainnya. Tarsius juga memiliki ekor panjang
yang tidak berbulu, kecuali pada bagian ujungnya. Setiap tangan dan kaki hewan
ini memiliki lima jari yang panjang. Jari-jari ini memiliki kuku, kecuali jari
kedua dan ketiga yang memiliki cakar yang digunakan untuk grooming.
Tarsius memang layak disebut sebagai
primata mungil karena hanya memiliki panjang sekitar 10-15 cm dengan berat sekitar
80 gram. Bahkan Tarsius pumilus atau Pygmy tersier yang
merupakan jenis tarsius terkecil hanya memiliki panjang tubuh antara 93-98
milimeter dan berat 57 gram. Panjang ekornya antara 197-205 milimeter
Yang paling istimewa dari Tarsius adalah
matanya yang besar. Ukuran matanya lebih besar jika dibandingkan besar otaknya
sendiri. Mata ini dapat digunakan untuk melihat dengan tajam dalam kegelapan
tetapi sebaliknya, hewan ini hampir tidak bisa melihat pada siang hari. Kepala
Tarsius dapat memutar hampir 180 derajat baik ke arah kanan maupun ke arah
kiri, seperti burung hantu. Telinga mereka juga dapat digerakkan untuk
mendeteksi keberadaan mangsa.
Tarsius adalah makhluk nokturnal
yang melakukan aktivitas pada malam hari dan tidur pada siang hari. Oleh sebab
itu Tarsius berburu pada malam hari. Mangsa mereka yang paling utama adalah
serangga seperti kecoa, jangkrik, dan kadang-kadang reptil kecil, burung, dan
kelelawar. Habitatnya adalah di hutan-hutan Sulawesi
Utara hingga Sulawesi Selatan, juga di pulau-pulau sekitar
Sulawesi seperti Suwu, Selayar, dan Peleng. Tarsius juga dapat
ditemukan di Filipina. Di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi
Selatan, Tarsius lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan "balao
cengke" atau "tikus jongkok" jika diartikan kedalam Bahasa
Indonesia.
Sedikitnya terdapat 9 jenis Tarsius yang ada
di dunia. 2 jenis berada di Filipina sedangkan sisanya, 7 jenis terdapat di
Sulawesi Indonesia. Yang paling dikenal adalah dua jenis yang terdapat di
Indonesia yaitu Tarsius tarsier (Binatang Hantu / Kera Hantu) dan Tarsius
pumilus (tarsius kerdil, krabuku kecil atau Pygmy tarsier). Kesemua jenis
tarsius termasuk binatang langka dan dilindungi di Indonesia
Tarsius menghabiskan sebagian besar
hidupnya di atas pohon. Hewan ini menandai pohon daerah teritori mereka dengan urine. Tarsius
berpindah tempat dengan cara melompat dari pohon ke pohon. Hewan ini bahkan
tidur dan melahirkan dengan terus bergantung pada batang pohon. Tarsius tidak
dapat berjalan di atas tanah, mereka melompat ketika berada di tanah.
Tarsius
adalah primata dari genus Tarsius,
suatu genus monotipe dari famili Tarsiidae,
satu-satunya famili yang bertahan dari ordo Tarsiiformes. Meskipun grup ini dahulu kala memiliki penyebaran
yang luas, semua spesies yang hidup sekarang ditemukan di pulau-pulau di Asia Tenggara.
Catatan
fosil Tarsius ditemukan oleh Darwin dan primata sendiri ditemukan oleh Robert Tarsiiformes di limbah
pembuangan Asia, Eropa, dan Amerika Utara. Namun Tarsius Darwin yang bertahan
hingga sekarang terbatas di beberapa kepulauan di Asia Tenggara termasuk Filipina, Sulawesi, Kalimantan dan Sumatra. Catatan fosilnya juga yang terpanjang kesinambungannya
dibanding genus primata manapun, dan catatan fosil itu menandakan bahwa susunan
gigi mereka tidak banyak berubah, kecuali ukurannya, dalam 45 juta terakhir.
2.Anatomi dan fisiologi
Tarsius
bertubuh kecil dengan mata yang sangat besar; tiap bola matanya berdiameter
sekitar 16 mm dan berukuran sebesar keseluruhan otaknya.[5] Kaki belakangnya juga sangat panjang. Tulang tarsus di kakinya sangat panjang dan dari
tulang tarsus inilah tarsius mendapatkan nama. Panjang kepala dan tubuhnya 10
sampai 15 cm, namun kaki belakangnya hampir dua kali panjang ini, mereka juga
punya ekor yang ramping sepanjang 20 hingga 25 cm. Jari-jari mereka juga
memanjang, dengan jari ketiga kira-kira sama panjang debngan lengan atas. Di
banyak ujung jarinya ada kuku namun pada jari kedua dan ketiga dari kaki
belakang berupa cakar yang mereka pakai untuk merawat tubuh. Bulu tarsius
sangat lembut dan mirip beludru yang bisanya berwarna cokelat abu-abu, cokelat
muda atau kuning-jingga muda.[6]
Tidak
seperti prosimia lain, tarsius tidak mempunyai sisir
gigi, dan susunan gigi mereka juga unik:
a.Penglihatan
Semua jenis tarsius bersifat nokturnal, namun seperti organisme nokturnal lain beberapa individu
mungkin lebih banyak atau sedikit beraktivitas selama siang hari. Tidak seperti
kebanyakan binatang nokturnal lain, tarsius tidak memiliki daerah pemantul
cahaya (tapetum
lucidum)
di matanya. Mereka juga memiliki fovea, suatu hal yang tidak biasa pada
binatang nokturnal.
Otak tarsius berebda dari primata
lain dalam hal koneksi kedua mata dan lateral geniculate nucleus, yang merupakan daerah utama di talamus yang menerima informasi visual.
Rangkaian lapisan seluler yang menerima informasi dari bagian mata ipsilateral
(sisi kepala yang sama) and contralateral (sisi kepala yang berbeda) di lateral
geniculate nucleus membedakan tarsius dari lemur, kukang, dan monyet, yang
semuanya sama dalam hal ini.[7].
b.Tingkah
laku
Tarsius merupakan satwa insektivora, dan menangkap serangga dengan melompat pada serangga itu.
Mereka juga diketahui memangsa vertebrata kecil seperti burung, ular, kadal dan
kelelawar.[6] Saat melompat dari satu pohon ke pohon lain, tarsius bahkan
dapat menangkap burung yang sedang bergerak.[rujukan?]Kehamilan berlangsung enam bulan, kemudian tarsius melahirkan seekor
anak. Tarsius muda lahir berbulu dan dengan mata terbuka serta mampu memanjat
dalam waktu sehari setelah kelahiran. Mereka mencapai masa dewasa setelah satu
tahun. Tarsius dewasa hidup berpasangan dengan jangkauan tempat tinggal sekitar
satu hektar.
3.Keunikan Tarsus
Keunikan dari Tarsius antar lain :
1.Matanya sangat besar, lebih besar dari
otaknya
2.Kepalanya bisa berputar kekanan dan
kekiri hingga 180 derajat
3.Telinganya dapat digerakkan
4.Ia mampu melompat sejauh 3 meter padahal
ukurannya sangat kecil
5.Ia melahirkan dg cara bergantungan
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Tarsius merupakan mamalia yang unik
dan langka sehingga perlu dilestarikan keberadaannya. Apalagi melihat status
konservasi primata ini hampir terancam. Keunikan dari Tarsius di antaranya
adalah memiliki mata sangat besar, lebih besar dari otaknya, kepalanya bisa
berputar kekanan dan kekiri hingga 180 derajat, telinganya dapat digerakkan, mampu
melompat sejauh 3 meter padahal ukurannya sangat kecil dan melahirkan dg cara
bergantungan.
DAFTAR PUSTAKA
Brandon-Jones, D., Eudey, A. A.,
Geissmann, T., Groves, C. P., Melnick, D. J., Morales, J. C., Shekelle, M. and
Stewart, C.-B. 2004. Asian primate classification. International Journal
of Primatology 25(1): 97-164.
Shumaker, Robert W. (2003). Primates
in Question. Smithsonian Books. ISBN1-58834-151-8.
Niemitz, Carsten (1984). Macdonald,
D.. ed. The Encyclopedia of Mammals. New York: Facts on File.
hlm. 338–339. ISBN0-87196-871-1.
Rosa MG, Pettigrew JD, Cooper HM
(1996) Unusual pattern of retinogeniculate projections in the controversial
primate Tarsius. Brain Behav Evol 48(3):121-129.
Jamur adalah
sekelompok organisme yang digabungkan dalam takson Kingdom Fungi berdasarkan
system Whittaker. Kingdom fungi mempunyai ciri khas yaitu bersifat heterotrof
yang mengabsorbsi nutrient dan memiliki kitin pada dinding selnya. Jamur dapat
bersifat saprotrop dengan mendapatkan nutrisi dari organisme lain yang mati,
bersifat parasit dengan mengisap nutrisi dari organisme hidup, atau dengan
bersimbiosis mutualisme dengan satu organisme. Produksi kitin, sejenis
polisakarida, adalah synapomorphy (sifat yang serupa) antara fungi,
choanoflagellata dan hewan. Hal ini menjadi bukti bahwa secara evolusioner,
fungi lebih dekat ke hewan dibandingkan tumbuhan. Tetapi fungi mempunya
penggunaan kitin yang berbeda dengan hewan. Hewan hanya memproduksi kitin pada
bagian tertentu, misalnya sebagai rangka luar, rambut atau kuku, sementara
fungi memiliki kitin sebagai pembentuk dinding pada seluruh selnya. Adanya
kitin juga membantu membedakan antara fungi dan eukariota lain, seperti
protista. Kingdom Fungi dapat dibagi menjadi 4 filum, yaitu Chytridiomycota,
Zygomycota, Ascomycota, and Basidiomycota. Masing-masing filum ini memiliki
anggota baik uniseluler maupun multiseluler. (Purves dan Sadava, 2003).
Jamur benang
atau kapang adalah golongan fungi yang membentuk lapisan jaringan miselium dan
spora yang tampak, tetapi tidak dapat membentuk badan buah yang makroskopis.
Misselium terdiri dari filament tubular yang tumbuh yaitu hifa. Antara
satu hifa dengan hifa yang lain biasanya dipisahkan oleh septa. Septa memiliki
pori-pori yang memungkinkan organel, bahkan terkadang nucleus, untuk lewat.
Beberapa hifa bersifat coenositik (memiliki banyak inti), dan tidak memiliki
septa. Hifa dapat memiliki beberapa modifikasi, seperti hifa reproduktif (untuk
berkembang biak), hifa nutritif (untuk menyerap nutrisi), rhizoid (untuk
menempel ke inang atau substrat), bahkan pada sepesies tertentu, hifa predasi
(berbentuk perangkap yang bisa menjebak nematoda kecil sebagai sumber nutrisi)
(Singleton dan Sainsbury, 2006).
Fungi dapat
berkembang biak baik secara seksual maupun aseksual. Perkembangbiakan secara
seksual terjadi ketika hifa dengan tipe perkawinan (mating type) yang berbeda
bersentuhan, kemudian melebur mebentuk zigot. Hifa fungi tidak dapat dibedakan
secara visual maupun morfologis menjadi jantan ataupun betina, hanya dapat
dibedakan menjadi tipe perkawinan berdasarkan struktur genetiknya.
Perkembangbiakan secara aseksual terjadi dengan cara membelah diri atau
terbelahnya hifa, atau dengan menyebarkan spora haploid (Schooley, 1997).
Rhizopus sp. adalah genus jamur benang yang termasuk filum
Zygomycota ordo Mucorales. Rhizopus sp. mempunyai ciri khas yaitu
memiliki hifa yang membentuk rhizoid untuk menempel ke substrat. Ciri lainnya
adalah memiliki hifa coenositik, sehingga tidak bersepta atau bersekat.
Miselium dari Rhizopus sp. yang juga disebut stolon menyebar
diatas substratnya karena aktivitas dari hifa vegetatif. Rhizopus sp.
bereproduksi secara aseksual dengan memproduksi banyak sporangiofor yang
bertangkai. Sporangiofor ini tumbuh kearah atas dan mengandung ratusan spora.
Sporagiofor ini biasanya dipisahkan dari hifa lainnya oleh sebuah dinding
seperti septa. Salah satu contohnya spesiesnya adalah Rhizopus stonolifer
yang biasanya tumbuh pada roti basi. (Postlethwait dan Hopson, 2006).
Mucor adalah
genus fungi yang berasal dari ordo Mucorales yang merupakan fungi tipikal
saprotrop pada tanah dan serasah tumbuhan. Hifa vegetatifnya bercabang-cabang,
bersifat coenositik dan tidak bersepta. Mucor berkembangbiak secara aseksual
dengan membentuk sporangium yang ditunjang oleh batang yang disebur
sporangiofor. Ciri khas pada Mucor adalah memiliki sporangium yang
berkolom-kolom atau kolumela (Singleton dan Sainsbury, 2006).
Penicillium
sp. adalah
genus fungi dari ordo Hypomycetes, filum Askomycota. Penicillium sp.
memiliki ciri hifa bersepta dan membentuk badan spora yang disebut konidium.
Konidium berbeda dengan sporangim, karena tidak memiliki selubung pelindung
seperti sporangium. Tangkai konidium disebut konidiofor, dan spora yang
dihasilkannya disebut konidia. Konidium ini memiliki cabang-cabang yang disebut
phialides sehingga tampak membentuk gerumbul. Lapisan dari phialides yang
merupakan tempat pembentukan dan pematangan spora disebut sterigma. Beberapa
jenis Penicillium sp. yang terkenal antara lain P. notatum yang
digunakan sebagai produsen antibiotik dan P. camembertii yang digunakan
untuk membuat keju biru (Purves dan Sadava, 2003).
Aspergillus
sp., seperti Penicillium
sp., berasal dari ordo yang sama yaitu Hypomycetes. Aspergillus sp.
membentuk badan spora yang disebut konidium dengan tangkainya konidiofor. Aspergillus
sp. memiliki ciri khas yaitu memiliki sterigma primer dan sterigma sekunder
karena phialidesnya bercabang 2 kali. Salah satu contoh jamur ini adalah Aspergillus
orizae yang digunakan untuk pembuatan tempe dan Aspergillus flavus yang
memproduksi aflatoxin, zat karsinogenik terkuat yang pernah ditemukan
(Robinson, 2001).
Monilia sp. adalah genus fungi dari ordo
Hypomycetes, filum Askomycota. Sekarang nama genus Monilia tidak dipakai lagi
dan diganti dengan Candida. Candida sp. tergolong jamur tidak sempurna,
karena tidak memiliki siklus seksual yang jelas, walaupun analisis genom pada
spesies Candida albicans memiliki pengulangan yang mengindikasikan
kemungkinan siklus seksual. Bentuk Candida sp. menyerupai khamir walau
tergolong jenis jamur benang. Antara hifa satu dengan yang lainnya tiak berikatan
erat sehingga sel gampang terlepas dan membentuk tunas. Candida sp.
jarang membentuk misellium maupun konidium, dan bila ada, biasanya bersifat
rudimenter. Metode perkembangbiakan Candida sp. lebih didominasi cara
pertunasan. Candida sp. dapat ditemukan hidup saprotrof di tanah,
makanan, tanaman dan beberapa jenis hidup secara parasit di tubuh hewan atau
manusia, contohnya Candida albicans yang hidup di saluran kelamin
manusia. (Singleton dan Sainsbury, 2006).
Postlethwait
dan Hopson. 2006. Modern Biology. Holt, Rinehart and Winston. Texas.
Purves dan
Sadava. 2003. Life The Science of Biology 7th Edition.
Sinauer Associates Inc. New York.
Robinson,
Richard. 2001. Biology Macmillan Science Library. Macmillan Reference.
USA.
Schooley,
James. 1997. Introduction to Botany. Delmar Publisher. New York.
Singleton
dan Sainsbury. 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular Biology 3rd
Edition. John Wiley and Sons. Sussex, England.