Thursday, December 19, 2013

Asam Jawa mampu menurunkan kadar timbal pada daging sapi

I. JUDUL
PENGARUH PERENDAMAN DALAM ASAM JAWA (Tamarindus indica L) TERHADAP PENURUNAN KANDUNGAN TIMBAL (Pb) DAGING SAPI TPA JATIBARANG


II. LATAR BELAKANG

Keamanan pangan asal ternak dalam dasawarsa terakhir mendapatkan perhatian yang cukup serius dari berbagai kalangan. Adanya perkembangan pola hidup manusia yang semakin kompleks, resiko pencemaran terhadap produk pangan asal ternak menjadi semakin tinggi. Pada sejumlah kota besar di Pulau Jawa, keterbatasan lahan dan tuntutan untuk mendapatkan mata pencaharian telah mendorong masyarakat untuk membudidayakan ternak dengan cara menggambalakan di TPA (Arifin dkk, 2005)
Tempat Pembuangan Akhir (TPA)  sampah sering dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai lokasi pemeliharaan ternak dikarenakan sampah dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak. Pemikiran masyarakat tersebut muncul dengan pertimbangan bahwa sampah organik yang dibuang  masih  mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan  ternak. Ternak yang dipelihara di area TPA sampah umumnya merupakan ternak  kambing, dan  sapi.  Salah satu TPA yang menjadi tempat pemeliharaan ternak sapi adalah  TPA Jatibarang Semarang.
Agus Suyanto dkk (2010) melaporkan bahwa daging potong sapi yang berasal dari budidaya di TPA Jatibarang Kota Semarang terdeteksi mengandung residu logam berat timbal (Pb) yang masih berada di bawah ambang batas standar Ditjen POM yaitu sebesar 2,0 ppm.  Namun keberadaan logam timbal (Pb) di lingkungan akan semakin meningkat seiring dengan perkembangan industri dan domestik yang semakin kompleks. Hal ini memungkinkan akumulasi logam timbal yang lebih besar di dalam daging sapi.
Daging sapi yang dikonsumsi akan mengakibatkan pemindahan timbal (Pb) yang ada di daging sapi berpindah ke tubuh  manusia. Timbal (Pb) adalah logam yang bersifat toksik terhadap manusia, yang bisa berasal dari tindakan mengkonsumsi makanan, minuman, atau melalui inhalasi dari udara, debu yang tercemar Pb, kontak lewat kulit, kontak lewat mata, dan lewat parenteral (Widowati  et al. 2008). Tingkat kontaminasi logam berat yang tinggi dalam tubuh manusia yang masuk lewat makanan yang dikonsumsi akan menyebabkan masalah kesehatan yang serius (Miskiyah 2011)
Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mengurangi kandungan  logam berat yang ada pada daging sapi di TPA Jatibarang karena apabila daging yang tercemar oleh logam berat ini dikonsumsi manusia dapat menimbulkan dampak keracunan. Salah satu cara yang mungkin dapat dilakukan untuk mengurangi kandungan logam berat adalah dengan perendaman menggunakan asam jawa (Tamarindus indica L).
Penurunan kadar logam berat pada kupang dapat dilakukan dengan penambahan sekuestran. Proses pengikatan logam merupakan proses keseimbangan pembentukan ion kompleks logam dengan sekuestran (senyawa pengkelat). Sekuestran potensial yang banyak terdapat di alam adalah asam jawa. Menurut Napitulu (2011) asam jawa mengandung 15% asam sitrat. Asam sitrat memiliki 3 gugus karboksilat sehingga daya ikatnya terhadap Pb sangatlah kuat jika dibandingkan dengan sekuestran yang lainnya

III. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah pengaruh perendaman dalam asam jawa terhadap penurunan kadar logam berat timbal dalam daging sapi?
2. Berapakah Konsentrasi asam jawa (tamarindus indica) yang efektif untuk menurunkan kadar Pb pada daging sapi?


IV. PENEGASAN ISTILAH
1. Sapi
Jenis sapi yang diternakkan di TPA sampah Jatibarang adalah sapi PO (Peranakan Ongole). Sapi PO merupakan hasil persilangan sapi India (Madras) dengan sapi Jawa

2. Logam Berat Pb
Timbal merupakan logam yang berwarna abu-abu, mempunyai titik didih 1620 oC dan titik leleh 327,5 oC, lunak dan dapat ditempa serta sukar menghantar arus listrik (Dewi, 2012)
3. Asam Jawa
Asam jawa merupakan salah satu tumbuhan tropis. Tanaman asam jawa tumbuh baik di daerah semi kering dan iklim muson basah, dapat tumbuh di kisaran tipe tanah luas. Suhu rata-rata 47 derajat celcius (doktergaul.com, 2012). Tanaman  asam jawa  (Tamarindus indica Linn.) dikenal masyarakat  sebagai pohon rindang dan ditemukan  hampir  di  seluruh  wilayah Indonesia. Di beberapa daerah digunakan sebagai pohon pelindung. Hampir seluruh bagian tanaman ini bermanfaat,  kayunya  dapat digunakan  untuk bahan bangunan, buahnya yang masak  sebagai bumbu masak atau makanan yang dicampur gula pasir atau obat yang terlebih dahulu dibuat asam kawak. Daunnya  yang disebut ”sinom” dalam bahasa jawa juga digunakan sebagai sayur maupun  obat.  Secara empiris  asam jawa digunakan untuk encok, borok, bisul, pencahar, demam, obat menggugurkan,  radang  dan  pembersih logam.  Dan dari informasi ternyata  asam jawa mempunyai potensi untuk ekspor ke luar negeri (Sundari dan Wien, 2010).

V. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui pengaruh perendaman dalam asam jawa terhadap penurunan kadar logam berat timbal daging sapi
2. Mengetahui Konsentrasi asam jawa (tamarindus indica) yang efektif untuk menurunkan kadar Pb pada daging sapi

VI. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada khalayak umum untuk keamanan pangan serta memberikan referensi berkaitan metode penuruanan kadar logam berat timbal untuk penelitian selanjutnya.



VII. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Sampah
a. Pengertian Sampah
Secara umum masyarakat mengenal sampah sebagai sesuatu benda yang dihasilkan dari berbagai benda yang telah digunakan dan tidak diperlukan lagi oleh manusia. Menurut Rizal (2011) sampah ialah semua jenis benda atau barang bangunan/kotoran manusia, hewan atau tumbuh-tumbuhan atau yang berasal dari aktivitas kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang dapat menimbulkan dan atau mengakibatkan pengotoran terhadap air, tanah dan udara sehingga dapat menimbulkan pengrusakan lingkungan hidup manusia. Definisi sampah terlihat lebih sederhana seperti yang tertuang dalam UU Nomor 18 tahun 2008 yang menyatakan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses yang berbentuk padat.
Laju produksi sampah terus meningkat, tidak saja sejajar dengan laju pertumbuhan penduduk tetapi juga sejalan dengan meningkatnya pola konsumsi masyarakat. Di sisi lain kapasitas penanganan sampah yang dilakukan masyarakat maupun pemerintah daerah belum optimal. Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan berpengaruh terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitarnya (Riswan, 2011)
b. Penggolongan sampah
Sampah dapat digolongkan kedalam beberapa golongan yang didasarkan pada asalnya, yaitu;
1. Pasar, tempat-tempat komersil.
2. Pabrik-pabrik atau industri.
3. Rumah tinggal kantor, sekolah, institusi, gedung-gedung umum, dan lain-lain serta pekarangannya.
4. Kadang hewan atau pemotongan hewan.
5. Jalan, lapangan dan pertamanan. (Rizal, 2011)
Penggolongan sampah menurut sumbernya adalah :
1. Sampah domestik, sampah ini berasal dari lingkungan pemukiman atau perumahan
2. Sampah komersil, sampah yang dihasilkan dari lingkungan kegiatan perdagangan seperti toko, restoran, rumah makan, warung, pasar dan swalayan
3. Sampah industri, sampah ini merupakan hasil samping kegiatan industri yang jenisnya sangat tergantung pada kegiatan industri itu sendiri
4. Sampah alami dan lainnya, dapat berupa dedaunan, sisa bencana alam dan sebagainya. (Rizal,2011)
Berdasarkan sifatnya sampah dapat digolongkan menjadi:
1. Sampah yang mudah membusuk
2. Sampah yang tidak mudah membusuk
3. Sampah yang mudah terbakar
4. Sampah yang tidak mudah terbakar (Rizal, 2011)
2. Deskripsi Umum sapi
Sapi adalah salah satu ternak yang banyak dipelihara oleh masyarakat. Secara taksonomis sapi termasuk genus Bos. Nama spesiesnya tergantung asal sapi tersebut. Sebagai contoh, Bos sondaicus, Bos indicus, Bos javanicus. Jenis sapi yang diternakkan di TPA sampah Jatibarang adalah sapi PO (Peranakan Ongole). Sapi PO merupakan hasil persilangan sapi India (Madras) dengan sapi Jawa. Sapi Ongole di Eropa disebut zebu, di Jawa populer dengan sebutan sapi benggala. Ciri khas sapi Ongole adalah berbadan besar, berpunuk besar, bergelambir longgar dan berleher pendek. Kepala, leher, gelambir (gumba) dan lutut berwarna hitam, terutama pada sapi jantan. Kulit berwarna kuning dengan bulu putih atau putih kehitam-hitaman. Kulit disekeliling mata, bulu mata, moncong, kuku dan bulu cambuk pada ujung ekor berwarna hitam. Kepala pendek dengan profil melengkung, mata besar dengan sorot yang tenang. Tanduk pendek dan tanduk pada sapi betina berukuran lebih panjang dibandingkan sapi jantan. Telinganya panjang dan menggantung.
Jenis Sapi PO merupakan ternak potong dan kerja. Tanda-tanda fisik dari sapi PO adalah :
1. Warna bulu pada umumnya putih tetapi pada sapi jantan mengalami perubahan menjelang dewasa menjadi abu-abu kehitam-hitaman pada daerah pundak, lutut, kepala, dan leher. Kulitnya longgar dan kadang-kadang berlipat di daerah lehernya (gelambir).
2. Telinganya panjang dan letaknya bergantung. Tanduknya pendek, perletakkannya kuat dan dasarnya cukup besar.
3. Sapi jantan beratnya sampai 550 kg, sapi betina sampai 350 kg pada usia 5 tahun.
3. Tanaman Asam Jawa
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae  
 Sub Kingdom : Tracheobionta
Division : Spermatophyta
Sub Division : Magniliophyta
Class : Magnoliopsida
Sub Class : Risidae
Ordo : Fabales
Family : Fabaceae
Genus : Tamarindus L.
Species : Tamarindus indica L
(Soemardji, 2007)
b. Deskripsi Umum Asam Jawa
Asam jawa merupakan salah satu tumbuhan tropis. Asal tanaman ini diperkirakan savana benua afrika timur dimana jenis liarnya ditemukan. Tanaman ini memiliki beberapa nama lai selain asam jawa seperti tamarind (inggris), tamarinier (perancis), asam jawa (indonesia), celangi, tangkal asem (sunda), asem (jawa). Tanaman asam jawa tumbuh baik di daerah semi kering dan iklim muson basah, dapat tumbuh di kisaran tipe tanah luas. Suhu rata-rata 47 derajat celcius. Sangat sensitif terhadap es. Umumnya pohon assam jawa tumbuh di daerah bercurah hujan 500-1.500 mm/tahun, bahkan bisa tetap hidup pada curah hujan 350 mm/tahun jika diberikan irigasi saat penanaman.di daerah tropika basah bercurah hujan lebih dari 4.000 mm, pembungaan dan pembuahan benih lebih banyak jika hidup dengan periode kering.
Tanaman  asam jawa  (Tamarindus indica Linn.) dikenal masyarakat  sebagai pohon rindang dan ditemukan  hampir  di  seluruh  wilayah Indonesia. Di beberapa daerah digunakan sebagai pohon pelindung. Hampir seluruh bagian tanaman ini bermanfaat,  kayunya  dapat digunakan  untuk bahan bangunan, buahnya yang masak  sebagai bumbu masak atau makanan yang dicampur gula pasir atau obat yang terlebih dahulu dibuat asam kawak. Daunnya  yang disebut ”sinom” dalam bahasa jawa juga digunakan sebagai sayur maupun  obat.  Secara empiris  asam jawa digunakan untuk encok, borok, bisul, pencahar, demam, obat menggugurkan,  radang  dan  pembersih logam.  Dan dari informasi ternyata  asam jawa mempunyai potensi untuk ekspor ke luar negeri (Sundari dan Wien, 2010).
c. Senyawa Kimia
Di dalam asam jawa terdapat asam tatrat, asam malat, asam sitrat, asam suksinat, dan asam asetat. Asam  dominan yang terdapat daging buah asam jawa adalah asam sitrat 15% (Napitupulu,  2011). Keberadaan asam dominan ini menyebabkan asam jawa dapat dijadikan sebagai bahan untuk menurunakan kadar logam berat timbal. Asam sitrat memiliki 3 gugus karboksilat sehingga daya ikatnya terhadap Pb sangatlah kuat jika dibandingkan dengan sekuestran yang lainnya. Gugus karboksil ini melepas proton dan menghasilkan ion sitrat. Kemudian ion sitrat dapat bereaksi banyak ion logam membentuk garam sitrat. Biji asam jawa memiliki kandungan tannin yaitu senyaa fenolik yang larut dalam air. Dengan berat molekul antara 500-3000 dapat mengendapkan protein dari larutan (Nurika, I, dkk, 2007).
Menurut Tarigan et al (2008) asam jawa mengandung senyawa alkaloid, senyawa flavonoid dan senyawa tanin. Pedagang jamu sering menggunakan daun tanaman ini sebagai lulur kulit. Jadi penggunaan asam jawa sebagai larutan alami penurun kadar logam berat tidaklah berbahaya karena lebih bersifat alami jika dibandingkan penggunaan asam-asam sintesis seperti asam sulfat, asam klorida maupun asam nitrat.
d. Manfaat Tanaman
Beberapa khasiat dalam asam jawa antara lain dapat menyembuhkan penyakit asma, batuk kering, demam, sakit panas, reumatik, sakit perut, alergi (biduren), sariawan, luka baru, luka borok, eksim dan bisul dan bengkak karena disengat lipan atau lebah (DokterGaul.com, 2012). Selain itu tanaman ini juga dapat menyembuhkan encok, borok, bisul, pencahar, demam, obat menggugurkan,  radang  dan  pembersih logam (Sundari dan Wien, 2010).
4. Logam Berat Pb
 Timbal merupakan logam yang berwarna abu-abu, mempunyai titik didih 1620 oC dan titik leleh 327,5 oC, lunak dan dapat ditempa serta sukar menghantar arus listrik. Biasanya timbal digunakan sebagai logam campuran dalam pematrian tutup makanan kemasan kaleng. Dalam jumlah  kecil timbal tidak berbahaya terhadap manusia akan tetapi apabila jumlah timbal dalam keadaan yang melampui batas maka akan terjadi keracunan baik secara akut maupun kronis (Dewi, 2012)
Di Indonesia badan yang menentukan kadar dari masing-masing mikroba dan cemaran adalah BPOM (Badan Pengawas Obat dan makanan) dan SNI (Standar Nasional Indonesia). Adapun batas Timbal (Pb) dyang diperbolehkan menurut badan BPOM  Nomor HK.00.06.1.52.4011 dan SNI Nomor 7387:2009 adalah 1,0 mg/kg untuk daging olahan seperti sosis, kornet, bakso dan lain-lain.
Keracunan Oleh Timbal
Timah hitam (Pb) merupakan bahan toksik yang mudah terakumulasi dalam organ manusia dan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan berupa anemia, gangguan fungsi ginjal, gangguan sistem syaraf dan otak dan kulit. Selama dalam darah Pb 90% terikat pada sel darah merah, akibatnya sintesis hemoglobin terhambat, karena dapat menghalangi enzym aminolaevulinic acid dehidratase (ALAD) untuk proses sintesa tersebut, dan anemia biasa bisa terjadi dan umur sel darah merah lebih pendek. Terhadap syaraf mengakibatkan menurunnya kecepatan konduksi syaraf (Suksmerri, 2008)
Pb yang masuk ke dalam tubuh dapat dalam bentuk Pb-organik seperti tetra etil Pb, dan Pb anorganik seperti oksida Pb. Toksisitas Pb baru akan terlihat bila orang mengkomsumsi Pb lebih dari 2 mg perhari, ambang batas dari Pb yang boleh dikonsumsi adalah 0,2-2,0 mg perhari (Darmono, 1995; Seksmerri, 2008). Pb yang masuk ke dalam tubuh tidak semua dapat tinggal di dalam tubuh, kira-kira 5% -10% dari jumlah yang tertelan akan diadsorbsi oleh saluran pencernaan dan sekitar 5% dari 30% yang terserap lewat pernafasan akan tinggal di dalam tubuh. Pb yang tertinggal di dalam tubuh akan mengumpal terutama di skeleton (90-95%). Untuk menentukan seseorang keracunan Pb dilakukan analisis kandungan Pb dalam darah.
B. HIPOTESIS
Kadar logam berat Timbal (Pb) pada daging sapi mengalami penurunan setelah dilakukan perendaman di dalam asam jawa

2 comments:

  1. Assalamualaikum...
    Permisi.. Saya Nia Nur Azizah. Mahasiswa poltekkes sby jurusan kesehatan lingkungan. Saya lihat mas nge post ttg penurunan kadar PB pada daging sapi dg asam jawa. Bole tau kah metode dan cara nya bagaimana? Soalnya di blog tidak ada. Saya bener bener butuh buat referensi skripsi saya :(

    ReplyDelete
  2. boleh tanya tentang metode nya mas? pakai konsesntrasi dan lama waktu berapa ?

    ReplyDelete