Monday, May 28, 2012

IDENTIFIKASI ESTIMASI POPULASI IKAN di KEBUN WISATA PENDIDIKAN UNNES


A.    Tujuan
1.    Untuk memperkirakan besarnya populasi hewan (ikan) dengan menerapkan metode Lincoln-Petersen.
2.    Untuk memperkirakan besarnya populasi hewan (ikan) dengan menerapkan metode Schnabel.

B.       Tinjauan Pustaka


Populasi didefinisikan sebagai kelompok organisme dari jenis yang sama, menduduki ruang atau tempat tertentu, memiliki berbagai ciri atau sifat yang merupakan sifat dari individu di dalam kelompok itu. Populasi memiliki beberapa sifat antara lain kelahiran, laju kematian, perbandingan umur, kerapatan, kepadatan dan kecocokan genetik yang hanya dapat dijumpai pada suatu populasi tersebut. Karakteristik dasar dalam populasi adalah besar populasi atau kerapatan.
Kerapatan populasi ialah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang, yang umumnya diteliti dan dinyatakan sabagai cacah individu atau biomassa per satuan luas per satuan isi. Metode yang paling akurat untuk mengetahui kerapatan populasi adalah dengan cara menghitung seluruh individu yang dimaksud atau dengan kata lain sensus. Namun kondisi dan situasi alam atau lokasi penelitian sering tidak memungkinkan pelaksanaan hal tersebut, terutama pada perhitungan hewanyang bergerak.

Thursday, May 17, 2012

Tarsius

TARSIUS, MAMALIA UNIK YANG DILINDUNGI

Disusun untuk Memenuh Tugas Mata Kuliah Taksonomi Hewan
Dosen Pengampu : Bapak Bambang, Ibu Margareta, Ibu Alimah



Disusun Oleh :
                  Mahbub Masduqi             (4411410021/2010)
                  Khorisa Nasrulloh Z         (4411410024/2010)
                  Erwin Firmansyah            (4411410019/2010)
                  Muchammad Angga S     (4411410004/2010)
                  Gilang Cahyanti P            (4411410036/2010)



UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2011


BAB I
PENDAHULUAN
1.      LATAR BELAKANG
Tarsius adalah binatang unik dan langka. Primata kecil ini sering disebut sebagai monyet terkecil didunia, walaupun sebenarnya satwa ini bukanlah monyet. Sedikitnya terdapat 9 jenis Tarsius didunia. 2 jenis di Filipina dan sisanya 7 Jenis lagi terdapat di Sulawesi, Indonesia. Tarsius yang paling terkenal adalah tarsius yang berjenis Tarsius Tarsier (kera hantu) dan Tarsius Pumilus (Kerdil). Ke 2 jenis ini terdapat di Indonesia.
Semua jenis Tarsius termasuk hewan langka dan dilindungi. Tarsius beraktifitas hanya pada sore dan malam hari sehingga disebut hewan nokturnal. Mangsa mereka adalah serangga dan reptil kecil seperti burung dan kelelawar. Primata ini mempunyai bererapa keunikan dibandingkan dengan primata atau hewan lainnya. Keunikan primata yang mempunyai nama latin Tarsius tarsier ini di antaranya matanya sangat besar, lebih besar dari otaknya, kepalanya bisa berputar ke kanan dan ke kiri hingga 180 deraja,  telinganya dapat digerakkan, mampu melompat sejauh 3 meter dan anehnya lagi melahirkan dg cara bergantungan.
Tarsius termasuk hewan yang luar biasa. Ia mampu melompat sejauh 3 m dri pohon satu ke pohon lainnya. Tarsius layak dibilang primata mungil karena panjangnya sekitar 10-15 cm dgn berat 80 gram. Bahkan ada juga Tarsius yang hanya memiliki panjang 93-98 milimeter dgn brat 57 gram. Tarsius dapat dijumpai di Taman Nasional Batimurung dan Hutan Lindung Tangkoko. Saat ini Tarsius hanya tersisa sekitar 1.800 ekor.
2.      BATASAN MASALAH
a.       Klasifikasi Tarsus
b.      Morfologi dan fisiologi tubuhnya
c.       Keunikan Tarsus
3.      RUMUSAN MASALAH
a.       Bagaiman klasifikasi Tarsus?
b.      Bagaiman bentuk dan fungsi tubuh dari Tarsus?
c.       Bagaiman keunikan Tarsus?
4.      TUJUAN
a.       Untuk mengetahui klasifikasi Tarsus
b.      Untuk mengetahui morfologi dan fisiologi tubuhnya
c.       Untuk mengetahui keunikan Tarsus

BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.      Morfologi dan Klasifikasi Tarsus
Tarsius tarsier (Binatang Hantu/Kera Hantu/Monyet Hantu) adalah suatu jenis primata kecil, memiliki tubuh berwarna coklat kemerahan dengan warna kulit kelabu, bermata besar dengan telinga menghadap ke depan dan memiliki bentuk yang lebar.
Nama Tarsius diambil karena ciri fisik tubuh mereka yang istimewa, yaitu tulang tarsal yang memanjang, yang membentuk pergelangan kaki mereka sehingga mereka dapat melompat sejauh 3 meter (hampir 10 kaki) dari satu pohon ke pohon lainnya. Tarsius juga memiliki ekor panjang yang tidak berbulu, kecuali pada bagian ujungnya. Setiap tangan dan kaki hewan ini memiliki lima jari yang panjang. Jari-jari ini memiliki kuku, kecuali jari kedua dan ketiga yang memiliki cakar yang digunakan untuk grooming.
Tarsius memang layak disebut sebagai primata mungil karena hanya memiliki panjang sekitar 10-15 cm dengan berat sekitar 80 gram. Bahkan Tarsius pumilus atau Pygmy tersier yang merupakan jenis tarsius terkecil hanya memiliki panjang tubuh antara 93-98 milimeter dan berat 57 gram. Panjang ekornya antara 197-205 milimeter
Yang paling istimewa dari Tarsius adalah matanya yang besar. Ukuran matanya lebih besar jika dibandingkan besar otaknya sendiri. Mata ini dapat digunakan untuk melihat dengan tajam dalam kegelapan tetapi sebaliknya, hewan ini hampir tidak bisa melihat pada siang hari. Kepala Tarsius dapat memutar hampir 180 derajat baik ke arah kanan maupun ke arah kiri, seperti burung hantu. Telinga mereka juga dapat digerakkan untuk mendeteksi keberadaan mangsa.
Tarsius adalah makhluk nokturnal yang melakukan aktivitas pada malam hari dan tidur pada siang hari. Oleh sebab itu Tarsius berburu pada malam hari. Mangsa mereka yang paling utama adalah serangga seperti kecoa, jangkrik, dan kadang-kadang reptil kecil, burung, dan kelelawar. Habitatnya adalah di hutan-hutan Sulawesi Utara hingga Sulawesi Selatan, juga di pulau-pulau sekitar Sulawesi seperti Suwu, Selayar, dan Peleng. Tarsius juga dapat ditemukan di Filipina. Di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan, Tarsius lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan "balao cengke" atau "tikus jongkok" jika diartikan kedalam Bahasa Indonesia.
Sedikitnya terdapat 9 jenis Tarsius yang ada di dunia. 2 jenis berada di Filipina sedangkan sisanya, 7 jenis terdapat di Sulawesi Indonesia. Yang paling dikenal adalah dua jenis yang terdapat di Indonesia yaitu Tarsius tarsier (Binatang Hantu / Kera Hantu) dan Tarsius pumilus (tarsius kerdil, krabuku kecil atau Pygmy tarsier). Kesemua jenis tarsius termasuk binatang langka dan dilindungi di Indonesia
Tarsius menghabiskan sebagian besar hidupnya di atas pohon. Hewan ini menandai pohon daerah teritori mereka dengan urine. Tarsius berpindah tempat dengan cara melompat dari pohon ke pohon. Hewan ini bahkan tidur dan melahirkan dengan terus bergantung pada batang pohon. Tarsius tidak dapat berjalan di atas tanah, mereka melompat ketika berada di tanah.
Tarsius adalah primata dari genus Tarsius, suatu genus monotipe dari famili Tarsiidae, satu-satunya famili yang bertahan dari ordo Tarsiiformes. Meskipun grup ini dahulu kala memiliki penyebaran yang luas, semua spesies yang hidup sekarang ditemukan di pulau-pulau di Asia Tenggara.
    

     Kerajaan
     Filum
     Kelas
     Ordo
     Upaordo
     Infraordo
Tarsiiformes
Gregory, 1915
     Famili
Tarsiidae (Gray, 1825)
     Genus
Tarsius (Storr, 1780)
      Spesies     Tarsius tarsius

Catatan fosil Tarsius ditemukan oleh Darwin dan primata sendiri ditemukan oleh Robert Tarsiiformes di limbah pembuangan Asia, Eropa, dan Amerika Utara. Namun Tarsius Darwin yang bertahan hingga sekarang terbatas di beberapa kepulauan di Asia Tenggara termasuk Filipina, Sulawesi, Kalimantan dan Sumatra. Catatan fosilnya juga yang terpanjang kesinambungannya dibanding genus primata manapun, dan catatan fosil itu menandakan bahwa susunan gigi mereka tidak banyak berubah, kecuali ukurannya, dalam 45 juta terakhir.
                                                                 





2.      Anatomi dan fisiologi
Tarsius bertubuh kecil dengan mata yang sangat besar; tiap bola matanya berdiameter sekitar 16 mm dan berukuran sebesar keseluruhan otaknya.[5] Kaki belakangnya juga sangat panjang. Tulang tarsus di kakinya sangat panjang dan dari tulang tarsus inilah tarsius mendapatkan nama. Panjang kepala dan tubuhnya 10 sampai 15 cm, namun kaki belakangnya hampir dua kali panjang ini, mereka juga punya ekor yang ramping sepanjang 20 hingga 25 cm. Jari-jari mereka juga memanjang, dengan jari ketiga kira-kira sama panjang debngan lengan atas. Di banyak ujung jarinya ada kuku namun pada jari kedua dan ketiga dari kaki belakang berupa cakar yang mereka pakai untuk merawat tubuh. Bulu tarsius sangat lembut dan mirip beludru yang bisanya berwarna cokelat abu-abu, cokelat muda atau kuning-jingga muda.[6]
Tidak seperti prosimia lain, tarsius tidak mempunyai sisir gigi, dan susunan gigi mereka juga unik:
a.       Penglihatan
Semua jenis tarsius bersifat nokturnal, namun seperti organisme nokturnal lain beberapa individu mungkin lebih banyak atau sedikit beraktivitas selama siang hari. Tidak seperti kebanyakan binatang nokturnal lain, tarsius tidak memiliki daerah pemantul cahaya (tapetum lucidum) di matanya. Mereka juga memiliki fovea, suatu hal yang tidak biasa pada binatang nokturnal.
Otak tarsius berebda dari primata lain dalam hal koneksi kedua mata dan lateral geniculate nucleus, yang merupakan daerah utama di talamus yang menerima informasi visual. Rangkaian lapisan seluler yang menerima informasi dari bagian mata ipsilateral (sisi kepala yang sama) and contralateral (sisi kepala yang berbeda) di lateral geniculate nucleus membedakan tarsius dari lemur, kukang, dan monyet, yang semuanya sama dalam hal ini.[7].
b.      Tingkah laku
Tarsius merupakan satwa insektivora, dan menangkap serangga dengan melompat pada serangga itu. Mereka juga diketahui memangsa vertebrata kecil seperti burung, ular, kadal dan kelelawar.[6] Saat melompat dari satu pohon ke pohon lain, tarsius bahkan dapat menangkap burung yang sedang bergerak.[rujukan?]Kehamilan berlangsung enam bulan, kemudian tarsius melahirkan seekor anak. Tarsius muda lahir berbulu dan dengan mata terbuka serta mampu memanjat dalam waktu sehari setelah kelahiran. Mereka mencapai masa dewasa setelah satu tahun. Tarsius dewasa hidup berpasangan dengan jangkauan tempat tinggal sekitar satu hektar.
3.      Keunikan Tarsus
Keunikan dari Tarsius antar lain :
1.       Matanya sangat besar, lebih besar dari otaknya
2.       Kepalanya bisa berputar kekanan dan kekiri hingga 180 derajat
        3.       Telinganya dapat digerakkan 
        4.       Ia mampu melompat sejauh 3 meter padahal ukurannya sangat kecil 
        5.       Ia melahirkan dg cara bergantungan 
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Tarsius merupakan mamalia yang unik dan langka sehingga perlu dilestarikan keberadaannya. Apalagi melihat status konservasi primata ini hampir terancam. Keunikan dari Tarsius di antaranya adalah memiliki mata sangat besar, lebih besar dari otaknya, kepalanya bisa berputar kekanan dan kekiri hingga 180 derajat, telinganya dapat digerakkan, mampu melompat sejauh 3 meter padahal ukurannya sangat kecil dan melahirkan dg cara bergantungan.
















DAFTAR PUSTAKA
Brandon-Jones, D., Eudey, A. A., Geissmann, T., Groves, C. P., Melnick, D. J., Morales, J. C., Shekelle, M. and Stewart, C.-B. 2004. Asian primate classification. International Journal of Primatology 25(1): 97-164.
Shumaker, Robert W. (2003). Primates in Question. Smithsonian Books. ISBN 1-58834-151-8. 
Niemitz, Carsten (1984). Macdonald, D.. ed. The Encyclopedia of Mammals. New York: Facts on File. hlm. 338–339. ISBN 0-87196-871-1. 
Rosa MG, Pettigrew JD, Cooper HM (1996) Unusual pattern of retinogeniculate projections in the controversial primate Tarsius. Brain Behav Evol 48(3):121-129.
Zoo Biology 24:101-109 (2005)
Shekelle, M. & Salim, A. (2008). Tarsius tarsier. Daftar Merah Spesies Terancam IUCN 2008. IUCN 2008. Diakses pada 1 January 2009.

Wednesday, May 16, 2012

Morfologi Jamur Benang

Rhizopus 


Jamur adalah sekelompok organisme yang digabungkan dalam takson Kingdom Fungi berdasarkan system Whittaker. Kingdom fungi mempunyai ciri khas yaitu bersifat heterotrof yang mengabsorbsi nutrient dan memiliki kitin pada dinding selnya. Jamur dapat bersifat saprotrop dengan mendapatkan nutrisi dari organisme lain yang mati, bersifat parasit dengan mengisap nutrisi dari organisme hidup, atau dengan bersimbiosis mutualisme dengan satu organisme. Produksi kitin, sejenis polisakarida, adalah synapomorphy (sifat yang serupa) antara fungi, choanoflagellata dan hewan. Hal ini menjadi bukti bahwa secara evolusioner, fungi lebih dekat ke hewan dibandingkan tumbuhan. Tetapi fungi mempunya penggunaan kitin yang berbeda dengan hewan. Hewan hanya memproduksi kitin pada bagian tertentu, misalnya sebagai rangka luar, rambut atau kuku, sementara fungi memiliki kitin sebagai pembentuk dinding pada seluruh selnya. Adanya kitin juga membantu membedakan antara fungi dan eukariota lain, seperti protista. Kingdom Fungi dapat dibagi menjadi 4 filum, yaitu Chytridiomycota, Zygomycota, Ascomycota, and Basidiomycota. Masing-masing filum ini memiliki anggota baik uniseluler maupun multiseluler.  (Purves dan Sadava, 2003).

Jamur benang atau kapang adalah golongan fungi yang membentuk lapisan jaringan miselium dan spora yang tampak, tetapi tidak dapat membentuk badan buah yang makroskopis.  Misselium terdiri dari filament tubular yang tumbuh yaitu hifa. Antara satu hifa dengan hifa yang lain biasanya dipisahkan oleh septa. Septa memiliki pori-pori yang memungkinkan organel, bahkan terkadang nucleus, untuk lewat. Beberapa hifa bersifat coenositik (memiliki banyak inti), dan tidak memiliki septa. Hifa dapat memiliki beberapa modifikasi, seperti hifa reproduktif (untuk berkembang biak), hifa nutritif (untuk menyerap nutrisi), rhizoid (untuk menempel ke inang atau substrat), bahkan pada sepesies tertentu, hifa predasi (berbentuk perangkap yang bisa menjebak nematoda kecil sebagai sumber nutrisi) (Singleton dan Sainsbury, 2006).

Fungi dapat berkembang biak baik secara seksual maupun aseksual. Perkembangbiakan secara seksual terjadi ketika hifa dengan tipe perkawinan (mating type) yang berbeda bersentuhan, kemudian melebur mebentuk zigot. Hifa fungi tidak dapat dibedakan secara visual maupun morfologis menjadi jantan ataupun betina, hanya dapat dibedakan menjadi tipe perkawinan berdasarkan struktur genetiknya. Perkembangbiakan secara aseksual terjadi dengan cara membelah diri atau terbelahnya hifa, atau dengan menyebarkan spora haploid (Schooley, 1997).

      Rhizopus sp. adalah genus jamur benang yang termasuk filum Zygomycota ordo Mucorales. Rhizopus sp. mempunyai ciri khas yaitu memiliki hifa yang membentuk rhizoid untuk menempel ke substrat. Ciri lainnya adalah memiliki hifa coenositik, sehingga tidak bersepta atau bersekat. Miselium dari Rhizopus sp. yang juga disebut stolon  menyebar diatas substratnya karena aktivitas dari hifa vegetatif. Rhizopus sp. bereproduksi secara aseksual dengan memproduksi banyak sporangiofor yang bertangkai. Sporangiofor ini tumbuh kearah atas dan mengandung ratusan spora. Sporagiofor ini biasanya dipisahkan dari hifa lainnya oleh sebuah dinding seperti septa. Salah satu contohnya spesiesnya adalah Rhizopus stonolifer yang biasanya tumbuh pada roti basi. (Postlethwait dan Hopson, 2006).

      Mucor adalah genus fungi yang berasal dari ordo Mucorales yang merupakan fungi tipikal saprotrop pada tanah dan serasah tumbuhan. Hifa vegetatifnya bercabang-cabang, bersifat coenositik dan tidak bersepta. Mucor berkembangbiak secara aseksual dengan membentuk sporangium yang ditunjang oleh batang yang disebur sporangiofor. Ciri khas pada Mucor adalah memiliki sporangium yang berkolom-kolom atau kolumela (Singleton dan Sainsbury, 2006).

Penicillium sp. adalah genus fungi dari ordo Hypomycetes, filum Askomycota. Penicillium sp. memiliki ciri hifa bersepta dan membentuk badan spora yang disebut konidium. Konidium berbeda dengan sporangim, karena tidak memiliki selubung pelindung seperti sporangium. Tangkai konidium disebut konidiofor, dan spora yang dihasilkannya disebut konidia. Konidium ini memiliki cabang-cabang yang disebut phialides sehingga tampak membentuk gerumbul. Lapisan dari phialides yang merupakan tempat pembentukan dan pematangan spora disebut sterigma. Beberapa jenis Penicillium sp. yang terkenal antara lain P. notatum yang digunakan sebagai produsen antibiotik dan P. camembertii yang digunakan untuk membuat keju biru (Purves dan Sadava, 2003).

Aspergillus sp., seperti Penicillium sp., berasal dari ordo yang sama yaitu Hypomycetes. Aspergillus sp. membentuk badan spora yang disebut konidium dengan tangkainya konidiofor. Aspergillus sp. memiliki ciri khas yaitu memiliki sterigma primer dan sterigma sekunder karena phialidesnya bercabang 2 kali. Salah satu contoh jamur ini adalah Aspergillus orizae yang digunakan untuk pembuatan tempe dan Aspergillus flavus yang memproduksi aflatoxin, zat karsinogenik terkuat yang pernah ditemukan (Robinson, 2001).

Monilia sp. adalah genus fungi dari ordo Hypomycetes, filum Askomycota. Sekarang nama genus Monilia tidak dipakai lagi dan diganti dengan Candida. Candida sp. tergolong jamur tidak sempurna, karena tidak memiliki siklus seksual yang jelas, walaupun analisis genom pada spesies Candida albicans memiliki pengulangan yang mengindikasikan kemungkinan siklus seksual. Bentuk Candida sp. menyerupai khamir walau tergolong jenis jamur benang. Antara hifa satu dengan yang lainnya tiak berikatan erat sehingga sel gampang terlepas dan membentuk tunas. Candida sp. jarang membentuk misellium maupun konidium, dan bila ada, biasanya bersifat rudimenter. Metode perkembangbiakan Candida sp. lebih didominasi cara pertunasan. Candida sp. dapat ditemukan hidup saprotrof di tanah, makanan, tanaman dan beberapa jenis hidup secara parasit di tubuh hewan atau manusia, contohnya Candida albicans yang hidup di saluran kelamin manusia. (Singleton dan Sainsbury, 2006).

Postlethwait dan Hopson. 2006. Modern Biology. Holt, Rinehart and Winston. Texas.
Purves dan Sadava. 2003. Life The Science of Biology 7th Edition. Sinauer Associates Inc. New York.
Robinson, Richard. 2001. Biology Macmillan Science Library. Macmillan Reference. USA.
Schooley, James. 1997. Introduction to Botany. Delmar Publisher. New York.
Singleton dan Sainsbury. 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular Biology 3rd Edition. John Wiley and Sons. Sussex, England.