MENGENAL EVOLUSI BADAK (Rhinoceros)
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah evolusi yang diampu oleh
Pak Putut dan Bu Eta
Di susun oleh:
Mahbub Masduqi 4411410021
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
Badak adalah perkembangan evolusi dari kuda dan tapir.
Sekitar 50 juta tahun yang lalu, badak primitif (Superfamily Rhinocerotoidea) pertama muncul hanya
seukuran anjing besar. Namanya Hyrachius.
Rhinoceros (badak) berasal dari
bahasa Yunani, yaitu Rhino/Rhinus yang artinya hidung (nose) dan Ceras yang
berarti cula atau tanduk (horn).
sebagai moyang badak dan tapir, dan merupakan keturunan langsung dari jenis awal kuda,
yaitu Hyracotherium, atau Eohippus,atau sekarang disebut Protorohippus.
Sejak jenis badak pertama ada 50 juta tahun yang lalu,
keluarga badak sebenarnya menjadi jenis mamalia yang penyebarannya paling luas
di muka bumi ini. Hyrachyus ditemukan
di Eropa sampai Kanada. Hyracodon ada
di Amerika Utara. Paraceratherium,
adalah mamalia darat terbesar yang pernah hidup di planet ini karena tingginya
mencapai 6 meter dengan berat sampai 20.000 kg (sama dengan berat empat ekor
gajah jantan), ditemukan juga di Amerika Utara dan sebagian Asia.
Dinosaurus
yang penampilan fisik tubuhnya mirip dengan badak sekarang namanya Triceratops
yang hidup pada jaman Paleocene yaitu jaman diatas 60 juta tahun Sebelum
Masehi (Sebelum Masehi disingkat SM).
Gambar 1. Badak Hitam
Di dalam ilmu pengetahuan, kehidupan makhluk di dunia ini dibagi
atas masa-masa waktu kehidupan yang di sebut jaman, yang terdiri dari :
1. Jaman
Pleocene, yang berakhir pada 60juta tahun SM
2. Jaman
Eocene, yang berkisar antara 40-50 juta tahun SM
3. Jaman
Oligocene, yang berkisar pada 30 juta tahun SM
4. Jaman
Miocene, yang berkisar antara10-20 juta tahun SM
5. Jaman
Fliocene, yang berkisar antara 2-10 juta tahun SM
6. Jaman
Pleitocene, yang berkisar pada 2 juta tahun SM, dan
7. Jaman
Molocene, yaitu jaman pada kehidupan kita sekarang ini.
Badak tidak termasuk kedalam dinosaurus karena
semua jenis dinosaurus telah punah pada waktu 65 juta tahun SM, yakni pada
jaman Paleocene. Ketika itu terjadi bencana kehancuran di seluruh tempat hidup
dinosurus akibat tabrakan meteor besar dengan bumi yang menimbulkan goncangan
yang kuat dan kebakaran besar hampir di seluruh permukaan bumi.
Meteor
adalah benda-benda padat yang beredar diantariksa. Pada saat melintas dekat
bumi dapat ditarik oleh gaya tarik bumi sehingga meteor tersebut memasuki
atmosfir dan jatuh ke permukaan bumi. Sebenarnya, semua meteor atau benda lain
yang memasuki atmosfir bumi sebelum sampai ke permukaan bumi akan terbakar oleh
adanya gesekan dengan partikel-partikel udara di atmosfir bumi. Sehingga
umumnya sudah habis terbakar sebelum sampai permukaan bumi.
Namun
pada jaman Paleocene tersebut, ukuran meteor sangat besar sehingga menghantam
permukaan bumi dalam keadaan masih berbentuk benda padat yang menghantam bumi
dengan menimbulkan bencana di atas. Salah satu bukti contoh akibat hantaman
meteor dalam keadaan masih berupa benda padat dan berukuran besar adalah kawah
sedalam 50 meter dengan luas lingkaran selebar kurang lebih 5 km ditemukan di
negara Rusia dekat kutub utara. Dengan demikian pada akhir jaman Paleocene
yaitu 60 juta tahun SM dan jaman Peralihannya, yaitu antara 60-50 juta tahun SM
semua jenis dinosaurus sudah punah dari muka bumi.
Badak
Purba merupakan satwa/hewan hasil evolusi antara jenis Kuda dan Tapir
Purba. Yang dimaksud dengan evolusi adalah perubahan bentuk rupa dan sifat
sesuatu jenis mahluk di alam sebagai upaya adaptasi (penyesuaian diri) dengan
perubahan kondisi dan situasi tempat hidupnya. Ketiga jenis binatang purba
tersebut merupakan keluarga satwa berkuku ganjil (Perissodactylae) dan
Famili Perissodactylae tercatat telah hidup sekitar 54 juta tahun yang lalu.
Keturunan keluarga Perissodactylae ini sekarang memiliki tiga famili yaitu
Equidae (kuda), Tapiridae (Tapir) dan Rhinocerotidae (badak). Ketiga famili ini
bukan keluarga besar, dimana Equidae hanya memiliki 7 (tujuh) jenis kuda,
Tapiridae memiliki 4 (empat) jenis tapir dan Rhinocerotidae memiliki 5 (lima)
jenis badak. Dua diantara dari kelima jenis badak tersebut hidup di Indonesia,
yaitu Badak Sumatera dan Badak Jawa.
1.
Hyrachius Primitive rhinoceros
Penyebutan
nama Rhino ini berasal dari bahasa Yunani yang berarti hidung, sedangkan ceros
berarti cula dan horn yang berarti tanduk. Sejak jaman Eocene ini, keluarga
badak menjadi hewan mamalia yang paling luas penyebarannya di muka bumi ini.
Gambar 2. Hyrachius.
2.
Teleoceros Short-legged rhinoceros.
Gambar 3. Teleoceros.
3.
Paraceratherium Giant-giraffe rhinoceros.
Pada
jaman Oligocene yaitu 30 juta tahun SM, muncul badak purba
ketiga yang bernama Paraceratherium atau disebut juga Giant-giraffe
rhinoceros.
Gambar 4. Paraceratherium.
Fosil badak ini ditemukan di
Amerika Utara. Yang dimaksud dengan fosil adalah bagian-bagian tulang kerangka
suatu jenis hewan yang membatu dan biasanya terkubur dalam tanah selama berjuta
tahun. Pada jaman Miocene yaitu antara 10-20 juta tahun SM,
munculah secara berturut-turut 7 (tujuh) jenis badak purba berikutnya. Awal
jaman Miocene muncul 2 (dua) jenis badak purba, yaitu :
4.
Juxia (Slender rhinoceros).
Gambar 5. Juxia.
5.
Meninatherium (Longnosed rhinoceros).
Gambar 6. Meninatherium.
Pertengahan jaman Miocene,
muncul 3 (tiga) jenis badak purba berikutnya, yaitu:
6.
Hyracodon (Running rhinoceros).
Hyracodon merupakan badak
purba yang memiliki kemampuan untuk berlari tercepat diantara semua jenis badak
yang pernah ada diplanet bumi, sehingga badak ini digelari pelari cepat (Running
rhinoceros).
Gambar 7. Hyracodon.
7. Metamynodon
(Marsh rhinoceros).
Kedua muncul badak purba yang bernama Metamynodon atau
disebut juga Marsh rhinoceros sebagai badak purba ke tujuh muncul di
muka bumi. Metamynodon ini memiliki bentuk tubuh mirip tapir dan berukuran
sedikit lebih besar dari Badak Putih Afrika. Badak purba ini memiliki cula
pendek besar dan berujung tumpul. Gambar 8. Metamynodon.
Pada akhir jaman Miocene, muncul 2 (dua)
jenis badak purba berikutnya, yaitu:
8.
Elasmotherium (Bg-horn rhinoceros).
Elamostherium
ini berukuran tubuh sebesar gajah, memiliki tanduk sangat besar (bighorn),
panjang (lebih dari 1 meter) dan berbentuk kerucut.
Gambar 9. Elasmotherium. i
9.
Coelodonia (Wolly rhinoceros).
Gambar 10. Coedodonia
Badak-badak
purba tersebut sekarang sudah punah atau tidak ada lagi. Kepunahan badak-badak
purba tersebut terjadi pada waktu 4 juta tahun yang lalu. Pada waktu itu
terjadi terjadi perubahan iklim yang sangat ekstrim, yaitu terjadinya keadaan
panas yang luar biasa dan mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di kutub
utara dan kutub selatan bumi kita. Akibatnya adalah terjadi kenaikan permukaan
air laut yang luarbiasa tingginya dan merendam sebagian besar permukaan bumi.
Celakanya justru seluruh tempat hidup (tempat hidup disebut juga habitat) badak
purba terendam, sehingga selain sebagian besar mati
karena
tenggelam dalam air, bagi yang sebagian kecil menyelamatkan diri ketempat yang
lebih tinggipun mati kepanasan dan kelaparan.
Kelima
jenis badak yang masih hidup pada saat ini adalah jenis-jenis badak yang telah
ber evolusi sehingga mampu beradaptasi terhadap perubahan alam tersebut.
Kelimanya adalah Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus), Badak Sumatera
(Dicerorhinus sumatrensis), Badak India (Rhinoceros unicornis), Badak Hitam
(Diceros bicornis) dan Badak Putih (Ceratotherium simum). Dari
kelima jenis badak yang ada tersebut, 3 (tiga) jenis ada di Asia dan 2 (dua)
jenis lainnya ada di Afrika. Indonesia merupakan Negara yang memiliki jenis
badak yang terkaya, yaitu 2 (dua) jenis dari 5 (lima) jenis yang ada dan
terlengkap yaitu memiliki badak bercula satu (Badak Jawa) dan bercula
dua (Badak Sumatera). Kenapa demikian?, karena Badak India yang ada di Negara
India, Nepal dan Negara sekitarnya hanya satu jenis dan bercula satu. Sedangkan
Benua Afrika yang memiliki 2 (dua) jenis badak yaitu Badak Hitam dan Badak
Putih, keduanya merupakan badak bercula dua.
Badak-badak
ini sebenarnya selain merupakan satwa yang bersifat soliter atau senang hidup
mengembara menyendiri dan pendiam, juga bersifat peramah dan bersahabat
terhadap sesama hewan lainnya. Hal ini terbukti badak sering nampak berdekatan
dengan Rusa, Zebra dan Jerapah di padang savanna Afrika. Perseteruan atau sikap
agresif dan menyerang hanya ditujukan terhadap hewan atau makhluk lain yang
dianggap akan menimbulkan ancaman terhadap keselamatannya seperti Gajah atau
Singa dan sejenisnya. Demikian pula apabila bertemu satwa yang dipandang akan
merebut tempat berkubang kesukaannya seperti Banteng dan Babi Hutan dan bila
perseteruan ini terjadi, biasanya akan diakhiri dengan kematian disalah satu
pihak. Sedangkan terhadap manusia badak memandang sebagai makhluk yang memberi
ancaman bagi dirinya, terutama akibat sejarah yang panjang ulah manusia yang
selalu memburu dan membunuh badak selama ini. Apabila melalui indra
penciumannya yang tajam sempat mencium bau adanya manusia, maka dia memilih
untuk segera lari menghindar, namun bila terpergok dan tidak sempat lari maka
dia akan memilih diam mematung tanpa bergerak tetapi siaga menyerang atau malah
segera dengan garang akan menyerang setiap gerakan manusia yang dihadapannya.
Demikian
pula dalam penelitian untuk kepentingan dunia ilmu pengetahuan terhadap badak
pada masalalu, dilakukan dengan memburu dan membunuh badak-badak yang
ditelitinya menambah rasa permusuhan sang badak terhadap manusia. Pada masa
sekarang ini dengan mendirikan menara-menara pengintai yang tinggi disekitar
lokasi yang mungkin ditemukannya badak dan dengan bantuan teropong serta kamera
foto yang n lensanya dapat melihat dalam jarak yang jauh namun tetap bisa
melihat maupun menghasilkan gambar yang jelas dan tajam, maka penelitian
terhadap badak sudah memberikan nuansa bersahabat kepada badak. Walaupun tetap
sulit karena badak mampu mendeteksi dari jarak yang jauh melalui indra
penciumannya yang mampu mencium bau manusia atau hewan lainnya dari jarak
sampai 2 km.
DAFTAR PUSTAKA
Adi,
Marcellus dkk., 2007. Konservasi Badak. Dalam : Power point presentasi bagi
peserta Diklat Manajemen KSDA tingkat lanjutan, Agustus 2007. Suaka Rhino
Sumatera - Taman Nasional Way Kambas, Lampung. 55 hal.
.Hoogerwerf,
A., 1970. Ujung Kulon. It’s the land of the last Javan Rhinoceros. J. Breiden,
Leinden. 252 hal.
Martin,
E.B., and Martin, C.B., 1982. Run Rhino Run. Chatto & Windus, London.
Martin,
E.B., 1983. Rhino Exploitation; The Trade in Rhino Product in India, Indonesia,
Malaysia, Burma, Japan & South Korea, World Wildlife Found – Hongkong,
Prachmatika
& Dewi, Andi R., 1999. Badak (Rhinoceros). Media Informasi Hutan dan
Kehutanan Vol. 15, No. 3, Agustus 1999. 6 hal.